selengkapnya....
Karena pengaruh gravitasi pada saat alignment (posisi sejajar) antara black hole, matahari dan bumi itu, menurut para ahli, kemungkinan besar arus magnetik dapat berputar ke arah yang berlawanan, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pole shift atau bergeser nya posisi kutub utara dan selatan. Apabila hal ini terjadi, maka akan dapat membuat matahari nampak terbit dari barat, dan akan terjadi gempa bumi, tsunami, banjir yang akan melanda banyak tempat dimuka bumi. Hal ini dikarenakan salju yang ada di kutub akan cair, tempat-tempat rendah dibumi akan digenangi oleh air, gempa bumi yang akan menenggelamkan sebagian daratan dan lain-lain. Yang nanti nya, peta dunia yang ada saat ini akan berubah.
Demikian juga mengenai letak kutub utara dan selatan akan berubah. Yang mana kemungkinan posisi khatulistiwa akan menjadi tempat yang dingin, daerah yang kini kering menjadi subur, hijau dan daerah yang dekat kutub akan menjadi tandus dan kering dan lain sebagainya. Kejadian pole-shift (pergeseran kutub) ini pernah terjadi sebelum nya di bumi ini sebagaimana hasil riset yang dilakukan oleh Princeton University.
Hal ini mengingatkan kita pada suatu hadith shahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shahih Muslim nya:
“Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai (HR.Muslim)”
Untuk itu, mudah-mudahan kejadian alam ini semakin menambah iman kita sebagai kaum muslimin. Bahwa menurut ilmu pengetahuan pun, matahari dapat terbit dari barat, negeri Arab yang kering dan tandus itu pun akan menjadi subur berpadang rumput. Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah swt, sebagaimana didalam Al-Qur’an disebutkan:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu” (Al-Qur’an: 41:53)
Perlu saya tekankan disini bahwa sebagian besar ulama ahlu sunnah, termasuk Ibn Kathier juga Qurtubi dll, telah sepakat bahwa terbit nyamatahari dari arah barat adalah saat tertutupnya pintu tobat. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an:
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu.” (QS. Al-An’am: 158).
Keterangan para ulama ini berdasarkan ayat diatas dan hadith shahih:
“Jika matahari telah terbit dari arah barat dan orang-orang melihatnya, maka mereka semua beriman. Pada saat itu iman seseorang tidak lagi berguna untuk dirinya selama dia belum beriman sebelumnya atau memperoleh kebaikan dalam imannya.” (HR. al-Bukhari 7/190 dan Muslim nomor 157)
Badai Matahari
Pada manuskrip peninggalan suku Maya yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.
Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.
Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.
Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti, ujar Sri.
Langkah antisipatif
Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.
Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.
Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.
Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.
Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.
Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.
Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi, tutur Bambang.
“Tidak ada seorangpun yang mengetahui terjadinya Hari Kiamat, yang perlu kita persiapkan adalah segudang amal kebaikan, dan segunung kekuatan hati untuk membukakan pintu maaf dan meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakiti baik fisiknya maupun hatinya, agar kita bisa selamat di hari setelah manusia melewati hari kiamat tersebut”