Tatasurya
Bumi merupakan salah satu planet dalam sistem Tatasurya, dan terdapat  didalam Jagad raya yang tak terhingga besarnya. Seperti kita ketahui  bahwa dalam Jagadraya terdapat tidak hanya satu sistem Tatasurya kita  saja tetapi masih ada lagi yang ribuan jumlahnya, sampai saat ini belum  ada yang mengetahuinya dengan pasti. Baru ada dugaan-dugaan berdasarkan  pengamat-an di bumi dan dari angkasa.
Tatasurya atau solar system adalah suatu sistem yang terdiri dari  matahari dan planet-planet serta benda-benda angkasa yang berputar  mengitarinya, menurut orbit tertentu. Planet-planet tersebut dapat tetap  pada orbitnya akibat adanya gaya tarik gravitasi.
selengkapnya....
Terbentuknya tatasurya kita sama dengan sistem matahari yang lain dalam  Jagad raya. Mengenai pembentukan Tatasurya ada beberapa teori, yang  salah satunya adalah teori atau model Nobular; didalam Jagadraya yang  tampaknya hampa, sebenarnya mengandung atom-atom berbagai unsur, yang  menyebar di mana-mana berupa “awan” tipis, berbentuk gas tipis yang  bergolak dan berputar. Saat awan gas tipis tersebut secara  perlahan-lahan memadat oleh mengelompoknya atom-atom yang tersebar,  lahirlah pusat tatasurya yaitu matahari.
Energi kinetik gas-gas yang berputar dan bergolak meningkatkan rotasi  matahari dan planet-planetnya.
Mengelompoknya atom-atom itu disebabkan oleh gaya gravitasi dan karena  bergeraknya atom-atom yang bergerak saling mendekat secara perlahan,  membuat gas menjadi makin panas dan makin padat. Salah satu proses
mengelompoknya gas ini membentuk bumi dan planet-planet yang lain,Lebih  dari 99 persen atom-atom di ruang angkasa adalah hidrogen dan helium  yang merupakan dua atom paling ringan. Dekat pusat awan gas, atom-atom  berada dalam tekanan dan suhu yang tinggi sehingga hidrogen dan helium  mulai bergabung, membentuk unsur-unsur lebih berat. Bergabungnya  unsur-unsur ringan menjadi unsur yang lebih berat menyebabkan lepasnya  energi panas. Hidrogen dan helium mengalami pembakaran nuklir.
Matahari terbentuk pada saat pembakaran nuklir mulai didalam awan gas,  kira-kira 6.000 juta tahun yang lalu. Pembakaran nuklir terbatas hanya  di pusat awan gas. Sedangkan gas bertekanan rendah masih berputar dengan  cepat disekeliling pusatnya, matahari.
Perputaran menimbulkan gaya sentrifugal, menarik kearah luar, sedangkan  gaya berat cenderung menarik gas-gas kedalam, kearah matahari. Akibat  kedua gaya yang berlawanan ini perlahan-lahan menjadikan awan gas  berbentuk datar, membentuk piringan gas berputar disekitar matahari, dan  dinamakan nebula planetaria.
Bagian luar nebular planetaria yang lebih dingin, menjadi cukup padat  dan memungkinkan bahan-bahan padat terkondensasi. Yang akhirnya menjadi  planet-planet,
Teori lain tentang pembentukan Tatasurya yang dikemukakan oleh ahli-ahli  kosmologi (cosmologist), sebagai “big bang”, yang terjadi pada 20  billiun (109) tahun yang lalu. Menurut teori ini, pada suatu saat  seluruh jagad raya menyatu menjadi suatu bulatan yang padat,
panas dan sangat massif. Kemudian terjadi ledakan dahsyat yang  menghancurkannya dan menghasilkan serpihan-serpihan yang berputar  terlempar kesegala arah dan membentuk sistem Tatasurya-tatasurya.  Benda-benda angkasa yang terbentuk ini bergerak saling menjauh. Dan  suatu saat sistem tersebut geraknya melambat dan akan berhenti. Kemudian  gaya gravitasi akan menyatukannya kembali, mungkin 20 billiun tahun  kemudian, menjadi suatu “bola api” kembali. Selanjutnya terjadi lagi  ‘big- bang’ yang dalam sesaat membentuk sistem Tatasurya-tatasurya yang  baru.
Saat ini kita ketahui matahari sebagai pusat sistem Tatasurya yang  dikelilingi planet-planet, termasuk planet bumi, yang mengorbit  disekelilingnya, atau heliocentric. Lintasan orbitnya berbentuk ellips.  Akan tetapi pada masa Sebelum Masehi tidaklah demikian. BangsaYunani  yang sudah mempelajari astronomi, percaya akan geocenric, yang artinya  bumilah yang menjadi pusat sistem tatasurya. Matahari dan  bintang-bintang bergerak mengelilingi bumi.
Pada masa itu dipercaya bahwa bumi berbentuk bulat (spheric), tidak  bergerak atau diam, dan dikelilingi oleh angkasa yang transparant dimana  bintang-bintang tergantung.
Dalam Tatasurya yang kita kenal saat ini, matahari dikelilingi 9 planet,  Merkuri, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus Neptunus dan  Pluto. Berdasarkan rapat massa dan jaraknya dari matahari, dikelompokkan  menjadi Planet-planet Terrestrial, yang merupakan 4 planet terdekat  matahari dan yang lainnya Planet-planet Jovian.
Planet-planet Terrestrial, Merkuri, Venus, Bumi dan Mars, bersifat mirip  dengan bumi, mempunyai rapat massa besar, 3 g/cm3   atau lebih dan  berukuran kecil.
Sedangkan planet-planet Jovian, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan  Pluto, mirip dengan Jupiter, lintasannya lebih jauh dari Matahari,  rapat-massanya lebih kecil, hanya   0,7 - 1,3 g/cm3, namun massanya jauh  lebih besar. Misalnya Jupiter dan Saturnus, mempunyai massa sebesar 317  dan 95 kali massa bumi, sehingga bentuknya lebih besar dari Bumi.
Planet-planet terdekat matahari bersuhu paling tinggi, terdiri dari  bahan-bahan yang hanya dapat terkondensasi pada suhu tinggi, seperti  besi (Fe), silikon (Si), magnesium (Mg) dan alluminium (Al).
Planet-planet yang jauh dari matahari bersuhu lebih rendah dan terdiri  dari selain unsur-unsur seperti diatas, juga unsur-unsur volatil,  seperti hidrogen, helium dan belerang yang dapat berbentuk gas meskipun  pada suhu rendah.
BENTUK BUMI
Menurut cerita zaman dahulu orang mengira bahwa bumi merupakan daratan  yang bundar, ditutupi oleh langit dan dikelilingi lautan yang melingkar.  Kemudian pemikiran para filosof Yunani, Thales mengatakan bumi terapung  dilautan. Anaximander berpendapat bahwa bumi berbentuk silinder dan  melayang dilangit yang bulat. Sedangkan Pythagoras dan para penganutnya  sebagai ahli matematika memikirkan bumi sebagai bulatan yang tentunya  mempunyai bentuk simetris
Bulatan ini sesuai dengan bentuk ideal matematis, dan. bumi sesuai  sebagai pusat dari seluruh sistem.
Kemudian timbul argumen baru, yaitu bayangan bumi pada saat gerhana  bulan tampak sebagai lingkaran. Dan kapal laut dikejauhan mula-mula  hanya terlihat tiangnya saja, setelah dekat baru tampak badannya.  Kemudian pada tahun 1519 Magelhaens berlayar mengelilingi bumi. Dan  dengan adanya photo satelit dan manusia yang mengamati dari satelit di  angkasa maka sekarang jelaslah bahwa bumi kita berbentuk bulat. Namun  tidaklah sebulat sebuah bola.
Newton menduga akibat perputaran pada sumbunya, bumi tidak berbentuk  bulat sempurna melainkan berbentuk ellipsoid. Mendatar pada  kutub-kutubnya dan lebih cembung pada khatulistiwa. Dugaan ini diperkuat  oleh pengamatan benda-benda angkasa dengan teropong bintang, terutama  terhadap planet Jupiter yang berputar lebih cepat dari bumi, 10 jam  setiap putaran (bumi 24 jam setiap putaran).
Dengan demikian, lebih “mendatar”nya kutub, maka seharusnya derajat  meridian di kutub lebih besar dari pada di khatulistiwanya.
Untuk membuktikannya tahun 1735 Academie des Sciences Paris mengirim  ekspedisi ke Lapland dan Peru. Hasilnya adalah benar, derajat meridian  di Lapland yang terletak didaerah kutub satu meter lebih panjang dari di  Peru, yang ada di khatulistiwa.
Ukuran Bumi
Keingin tahuan manusia mengenai bumi tidak terbatas pada bentuk bumi dan  permukaan saja, tetapi juga berapa besar bumi ini sebenarnya.
Eratosthenes (275 -195 SM) yang tinggal di Alexandria berpendapat bahwa  jika bumi bulat, tidak mungkin matahari berada pada zenit (titik  kulminasi) didua tempat yang berjauhan letaknya. Ia memperhatikan sinar  mata hari pada tengah hari di pertengahan musim panas di kota Syene,  jatuh tepat di dasar sumur yang dalam. Sedangkan di Alexandria yang  berjarak 5.000 stad, Gambar 2.3. Pada saat yang sama, bayangan jarum  gnomon (jam matahari) memperlihatkan 1/50 bagian dari seluruh lingkaran.  Sudut ini sama dengan sudut APS, maka dengan demikian ia menyimpulkan  bahwa keliling bumi haruslah 50 kali 5.000 stad atau 250.000 stad. Bila  satu stad kurang lebih 157 m. maka keliling bumi sekitar 39.250 km.  Perkiraan ini ternyata mendekati dengan hasil perhitungan yang dilakukan  oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
Pada tahun 1617 Snellius melakukan pengukuran dengan metoda segitiga.  Dan sejak ditentukannya satuan panjang yaitu meter pada tahun 1719, maka  keliling bumi adalah sekitar 40.000 km. Dengan diketahui keliling bumi,  maka jari-jari bumi dari perhitungan, di khatulistiwa sebesar 6.378,38  km sedangkan di kutub 6.356,91 km.
Struktur dalam Bumi
Pendahulu yang memikirkan struktur-dalam bumi yang terkenal adalah  Plato. Ia berpendapat bahwa bumi terdiri dari substansi berfasa cair  dilapisi oleh lapisan kerak yang tipis. Pada bagian-bagian kerak yang  lemah diterobos oleh substansi dari dalam, keluarlah magma dan timbullah  gunung api.
Untuk mengetahui struktur dalam bumi tidaklah mudah. Karena pemboran  terdalam yang pernah dilakukan hanya sedalam 8 km. Dari mempelajari  batuan yang tersingkap dipermukaan bumi, akibat erosi mencapai 20 sampai  25 km saja. Gunung api memberikan contoh batuan yang lebih dalam,  tetapi hanya sampai sekitar 200 Km.
Akan tetapi dengan mempelajari sifat gelombang gempa bumi dapat  diketahui lebih banyak hal mengenai struktur dalam bumi.
Dengan mempelajari waktu tempuh perambatan gelombang, yang ternyata  bervariasi dan tidak sesuai dengan hasil yang diperhitungkan berdasarkan  antara jarak tempuh dan waktu tempuh gelombang yang diperlukan.
Dan berdasarkan kenyataan bahwa kecepatan rambat gelombang merupakan  fungsi dari densitas media yang dilaluinya, maka para ahli kegempaan  menjelaskan ketidak sesuaian dan variasi waktu tempuh tersebut  disebabkan oleh karena gelombang gempa merambat tidak dalam satu macam  media, tetapi dalam beberapa media yang densitasnya berbeda. Dengan kata  lain, bumi tidak merupakan suatu bulatan yang homogen, melainkan  terdiri dari beberapa lapisan yang konsentris dengan densitas berbeda.  Densitas terbesar terakumulasi pada pusat, dan mengecil menjauhi dari  pusat.
Dari data kegempaan tersebut, secara sederhana dibuatlah suatu model  struktur-dalam
bumi, berdasarkan komposisinya. Bumi dibagi menjadi 3 bagian:
1.Inti bumi (Core), terletak dari kedalaman 2.883km sampai pusat bumi.  Densitasnya berkisar dari 9,5 dekat selubung dan membesar kearah pusat  sampai 14,5 gr/cc. Berdasarkan besarnya densitas ini diperhitungkan inti  bumi terdiri dari campuran unsur-unsur yang mempunyai densitas besar,  besi (Fe) dan nikel (Ni). Oleh karena itu inti bumi disebut juga sebagai  lapisan Nife.
2.Selubung bumi (Mantle), atau mantel, merupakan lapisan yang  menyelubungi inti bumi, merupakan bagian terbesar dari bumi, 82.3 persen  dari volume dan 67.8 persen dari keseluruhan massa bumi. Terdiri dari  batuan, ketebalannya 2883 km. Densitasnya berkisar dari 5.7 grm/cc dekat  dengan inti dan 3,3 didekat kerak bumi.
3.Kerak bumi (Earth crust). merupakan lapisan terluar yang tipis,  terdiri dari batuan yang lebih ringan dibandingkan dengan batuan  selubung
dibawahnya. Dengan densitas rata-rata 2.7 grm/cc. Ketebalannya tidak  merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan elevasi antara  benua dan samudera. Pada daerah pegunungan ketebalannya lebih dari 70 km  dan pada beberapa samudra kurang dari 5 km. Berdasarkan data kegempaan  dan komposisi material pembentuk-nya, para akhli membaginya menjadi  kerak benua dan kerak samudra.
Kerak benua, pada umumnya terdiri dari batuan granitik, ketebalan  rata-rata 45 Km., dan berkisar antara 30-70 km. Oleh karena kaya akan  unsur Si dan Al maka ada yang menyebutnya sebagai lapisan Sial.
Kerak samudra, terdiri dari batuan basaltik yang tebalnya 8 km, kerak  samudra kaya akan unsur Si dan Mg dan disebut juga lapisan Sima.
Dengan perkembangan pengetahuan kegempaan dan banyaknya stasiun gempa di  bumi, yang memung-kinkan mempelajari sifat perambatan  gelombang-gelombang gempa P dan S.(akan dibahas dalam bab kegempaan),  sehingga dapat diketahui sifat fisik struktur dalam bumi lebih rinci.
Disamping lapisan-lapisan berdasarkan komposisinya, yang lebihpenting  adalah adanya perubahan sifat fisik (physical property) seperti kuat  batuan (rock strengh) dan fasanya, fasa padat dan fasa cair. Perubahan  sifat fisik terutama lebih dikontrol oleh suhu dan tekanan dibandingkan  dengankomposisi batuan.
Titik-titik dimana terjadi perubahan sifat fisik tidaklah sama dengan  perubahan komposisi batuan, seperti terlihat dalam Gambar 2.4. Gambar  2.4 memperlihatkan struktur- dalam bumi berdasarkan sifat fisiknya  (physical property) yang terdiri dari :
Inti dalam dan inti luar
Bagian terdalam bumi merupakan pusat massa bumi, bergaris tengah 7.000  km. Dari sifatnya yang tidak merambatkan gelombang gempa S, disimpulkan  bahwa inti bumi terdiri dari dua bagian. Bagian luar setebal 2.000 km  berfasa
cair, dan bagian dalam berfasa padat. Inti bagian dalam dimana mengalami  tekanan yang sangat tinggi sehingga unsur besi berada dalam fasa padat,  meskipun suhunya tinggi sekelilingnya, suhu dan tekanan berada dalam  keseimbangan yang sangat baik sehingga unsur besi meleleh dan dalam fasa  cair.
Bagian ini dinamakan inti bumi bagian luar. Perbedaan kedua bagian inti  tersebut tidak pada komposisinya (diperkirakan komposisinya sama),  tetapi oleh sifat fisiknya. Bagian dalam padat sedangkan bagian luar  cair.
Mesosfir
Kekuatan (strength) material padat sangat dipenga-ruhi oleh suhu dan  tekanan. Suatu material padat bila.dipanaskan akan berkurang atau hilang  kekuatannya
Dan jika mengalami kompresi, akan bertambah kuat. Perbedaan suhu dan  tekanan membagi selubung dan kerak bumi menjadi tiga daerah yang  mempunyai kekuatan berbeda.
Pada bagian paling bawah selubung, batuan dalam pengaruh kompresi sangat  tinggi sehingga mempunyai
kekuatan yang agak besar, meskipun suhunya sangat tinggi. Lapisan padat  dalam selubung yang bersuhu tinggi tetapi kekuatannya relatif tinggi,  dinamakan mesosphere (lapisan menengah, intermediate or midle sphere).  Lapisan ini berada dari batas inti dan selubung (pada kedalaman 2883 km)  sampai kedalaman sekitar 350 km
Astenosfir
Lapisan selubung bagian atas, pada kedalaman antara 350 km sampai 100 km  dibawah permukaan bumi, adalah lapisan yang dinamakan asthenosphere  (lapisan lemah, weak sphere). Keseimbangan antara suhu dan tekanan  disini sedemikian rupa menjadikan materialnya dalam keadaan mendekati  titik leburnya.
Karena hampir melebur dan berstruktur lemah (weak) memungkinkan material  tersebut untuk mengalir dan mudah terdeformasi.
Pergerakan dalam lapisan ini berperan sebagai penyebab aktifitas  gunung-api dan deformasi kerak bumi.
Selama ini para ahli geologi menyatakan bahwa batuan di mesosfir dan  astenosfir mempunyai komposisi sama. Perbedaan satu-satunya hanyalah  pada sifat fisiknya, kekuatan.
Litosfir
Diatas astenosfir, lapisan setebal sekitar 100 km dari permukaan bumi,  merupakan lapisan yang batuannya lebih dingin, lebih kuat dan lebih kaku  (rigid) dibandingkan dengan batuan astenosfir yang plastis. Lapisan  terluar yang keras ini, mencakup selubung bagian atas dan seluruh kerak  bumi, dinamakan lithosphere, yang berarti lapisan batuan, seperti pada  Gambar 2.5. Perlu diingat bahwa komposisi kerak dan selubung berbeda,  namun yang membedakan litosfir dan astenosfir adalah kuat batuan (rock  strength), bukanlah komposisinya.
Batas antara litosfir dan astenosfir disebabkan lagi-lagi oleh  keseimbangan suhu dan tekanan.
Litosfir patah-patah atau pecah-pecah menjadi sejumlah lempeng-lempeng  yang besar, bergerak, seolah-olah terapung diatas astenosfir



